Sunday, July 16, 2006

MENOLONG

"Menolong sesama itu baik, tapi jangan mati sia-sia karenanya..."

Dari kecil kita diajarkan untuk berbuat baik. Satu diantara perbuatan baik yang diajarkan tersebut adalah menolong sesama. Oleh lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan pendidikan maupun lingkungan masyarakat, dan dengan melalui berbagai pendekatan - yang biasanya berupa dongeng atau cerita keteladanan - sejak kecil telah ditanamkan ke dalam pikiran kita suatu keyakinan (belief) bahwa menolong itu baik. Keyakinan itu menyatakan bahwa dengan menolong sesama maka berarti kita melakukan perbuatan yang mulia, berguna, bermakna, bisa menjadi teladan bagi orang lain, dan apapun sebutannya, pokoknya menolong sesama itu sangat, sangat baik sekali.

Dalam perjalanan hidup selanjutnya, keyakinan kita "menolong itu baik" mengalami proses pengembangan dan menjadi semakin besar dan kuat mengakar di dalaam pikiran kita. Ini diantaranya dikarenakan oleh bergabungnya beberapa belief lain yang mendukung, seperti peri-kemanusian, kasihan, cinta, kasih, peduli, perhatian, pengorbanan, memberi, ikhlas, dst. yang kita dapat dari berbagai macam informasi dan kejadian.

Ketika kita menonton film atau membaca cerita, apa sebenarnya ekspektasi kita? Jika ditanya dengan pertanyaan tersebut, jawaban yang paling umum adalah, "Gak ada, saya hanya cari hiburan aja". Memang demikian, tetapi pikiran bawah sadar kita mungkin berkata lain: "Keteladanan apa yang akan aku dapat dari film atau cerita ini?" Hampir semua film atau cerita-cerita yang ada selalu menyiratkan kebaikan dari menolong sesama. Kemudian sudah berapa banyak film atau cerita tentang "kebaikan menolong" yang kita saksikan, baca atau dengarkan sampai saat ini? Tentu sudah sangat banyak. Banyaknya film atau cerita yang kita saksikan, baca atau dengarkan itu menjadi suatu affirmasi - suatu "pengulangan hal yang sama" kedalam pikiran kita - yang semakin menguatkan keyakinan di dalam pikiran kita bahwa menolong itu baik.

Belief "menolong itu baik" yang sudah besar dan kuat tertanam di dalam pikiran kita bahkan menjadi semakin "solid" karena berpadu dengan "belief kebaikan" yang kita dapatkan dari ajaran agama yang kita imani. Pada akhirnya, belief "menolong itu baik" menjadi suatu "Ultimate Program" dari pikiran kita.

Hukum pikiran, seperti halnya hukum gravitasi, eksistensinya tidak bisa di-indera secara langsung oleh panca indera, namun dia ada dan bekerja. Ketika buah apel jatuh ke tanah menjadi bukti dari ada dan bekerjanya hukum gravitasi, maka hukum pikiran yang menyatakan: "Pikiran melakukan segala daya upaya untuk mewujudkan isi perintah yang ada di dalamnya" juga bisa dibuktikan dengan terwujudnya isi perintah yang ada di dalam pikiran tersebut dalam kehidupan nyata. Dan karena "menolong itu baik" sudah menjadi ultimate program di dalam pikiran kita, maka yang terwujud dalam kehidupan kita adalah suatu situasi atau kondisi dari sesama yang membutuhkan pertolongan kita.

And then what is the point?

See this analogy. Anda sedang bersampan di tengah danau, kemudian anda lihat sampan orang lain terbalik dan tenggelam. Orang itu kelihatannya tidak bisa berenang dan gelagepan minta tolong. Motivasi anda untuk menolong menjadi semakin besar setelah anda tahu bahwa yang gelagepan tersebut adalah orang yang anda kenal. Karena hanya anda yang berada di dekat situ dan anda bisa berenang, belief "menolong itu baik" di dalam pikiran anda langsung membuat anda nyebur untuk menolong orang tersebut.

Sialnya orang yang anda tolong itu panik dan menggelepar-gelepar sehingga bukannya dia tertolong, tetapi malah membuat anda dan dia tenggelam. Setelah anda berhasil melepaskan diri dari orang itu dan mengambil nafas, anda coba untuk menolong lagi. Ternyata orang itu masih panik dan membuat anda sendiri gelagepan. Kejadian ini kembali terjadi, meskipun anda sudah teriakkan padanya untuk tenang. Berulang kali anda coba, tetapi orang yang hendak anda tolong tersebut tidak pernah belajar bahwa dia tidak perlu panik agar keduanya tidak tenggelam. Di sisi anda sendiri, setelah berulang kali menolong, tenaga anda sudah habis untuk bisa menolong lagi.

Anda mulai berpikir, "Kalau aku coba menolong sekali lagi maka pasti aku dan dia bakalan sama-sama mati tenggelam". Belief "menolong itu baik" masih ada di dalam pikiran anda, tetapi belief "tidak mau mati sia-sia" juga mulai nongol. Pada saat itu anda mulai memikirkan alternatif atau kemungkinan lain dan juga membuat analisa resiko:
- Alternatif 1: Menolong lagi. Resiko: tenggelam bersama. Makna: mati sia-sia.
- Alternatif 2: Meninggalkannya dan segera cari bantuan untuk menolong. Resiko: dia mati tenggelam, Makna: aku sudah coba menolongnya semaksimal yang bisa aku lakukan.

Dan rasanya masuk akal jika anda memilih alternatif yang kedua.

Dari analogi di atas, pembelajaran apa yang bisa dipetik sehingga menjadi belief baru yang bermanfaat untuk semakin memperbaiki belief "menolong itu baik"?
Ini dia:
- Ada beberapa kondisi yang perlu dipikirkan sebelum memberikan pertolongan:
~ Sudah seberapa dalam pengetahuanku tentang situasi dan kondisi dari orang yang membutuhkan pertolongan ini.
~ Sudah seberapa tinggi kemampuanku dalam menghadapi situasi dan kondisi dari orang yang membutuhkan pertolongan ini.
- Jika aku mampu menolong, bagaimana strategi/rencana eksekusinya, karena rencana yang gagal berarti merencanakan kegagalan.
- Jika aku tidak mampu, apa strategi/rencana serta hal apa yang bisa dilakukan untuk bisa menolongnya.

Jadi menolong sesama itu baik, that is clear and true, tapi jangan mati sia-sia karenanya...

-aes-

Wednesday, July 12, 2006

ada

sedikit pusing
campur ngantuk
campur udud
diblender
..
cheeseeee...., klik..!

-aes-
[smile]

Thursday, July 06, 2006

gimana

mo mandi
udah pake anduk
ee..
malah ngadepin kompor
trus on line
trus buka2 imel
trus buka2 blog

mesam-mesem
tapi perut lapar,
gemana coba..?

-aes-

Wednesday, May 24, 2006

what if

semuwa yg telah terjadi
hanya jadi memori
di otak
if the memory is deleted
then
we are just a big baby..

-aes-
*memori of edan setaun :)*

Saturday, April 29, 2006

slow

slow aja
wong arep kemaki iyo ora iso... :)

Wednesday, April 26, 2006

aku

kalo sampe wektuku
kumau tak sorangpun merayu blogku..

-aes-